Rabu, 28 November 2007

Kemuliaan Ilmu

Ada tiga macam orang yang berilmu :

Pertama, Orang yany berilmu dengan penglihatannya. Ia akan mengatakan bahwa bintang dilangit itu kecil.
Kedua, Orang yang berilmu dengan akalnya. Ia melihat bintang dilangit itu besar, karena ia tahu ilmu astronomi.
Ketiga. Orang yang berilmu dengan hatinya. Ia mengetahui bahwa bintang dilangit itu besar tapi ia mengatakan bintang dilangit kecil, karena adanya kesadaran bahwa ada yang lebih besar dibandingkan bintang dilangit, yaitu ALLAH SWT

Dari pembagiaan diatas, ilmu mengajarkan kepada kita bahwa semakin tinggi ilmu yang kita miliki, maka semakin tunduk pula penglihatan dan akal kepada hati kita. Hal ini semakna dengan pepatah padi bahwa “ semakin tua semakin menunduk “ artinya “ semakin berilmu semakin tawad’hu “. Apa yang menjadi keistimewaan orang yang berilmu luas bukanlah karena keluasan ilmunya, akan tetapi lebih karena bagaimana orang tersebut bersikap dan memanfaatkan ilmunya bagi permasalahannya.

Tiada sedikit didunia ini orang yang sesat karena ilmunya, orang menjadi tidak bermartabat. Demikianlah kalau ilmu tidak dibimbing oleh hati. Semakin pandai bukan semakin tunduk pada kebaikan, melainkan semakin jauh dari kebenaran, padahal kita mengetahui manfaat dari ilmuyang diiringi oleh perangai (akhlak ) yang baik. Buah dari ketertundukan terhadap hati hanyalah kehormatan, kemuliaan, dan martabat bukan hanya dimata manusia dan alam semesta, tapi dihadapan Allah SWT.

Mengapa kita harus berbicara

Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat ampuh dalam menjalankan kehidupan. Yang fungsinya sebagai pemacu zaman yang penuh dengan serba kemajuan. Jadi, kita semua harus suka berbicara tentunya kita telah mengetahui mengapa sejumlah orang selalu merasa malu dalam berbicara. Karena mereka merasa ketakutan untuk mengatakan yang salah atau mengatakan suatu hal yang benar dengan cara yang salah. Seperti yang dikemukakan oleh filsafat Amerika yang bernama “ Larry king “ ia mengatakan
Bahwa “ lebih baik tetap diam dan dianggap bodoh dari pada membuka mulut dan menghilangkan keraguan itu “.

Dalam berbicara kita diharapkan bisa mengikuti segala macam percakapan dengan penuh keyakinan, sehingga kita bisa mengetahui yang baik dalam menyampaikan pasan (berbicara ) secara efektif, baik dalam lingkungan kehidupan maupun dalam suatu forum yang resmi. Tentunya kita akan dapat berbicara dengan baik sehingga kita bisa menikmatinya. Oleh karena itu, kita akan merasa senang apabila tercapainya tingkat keberhasilan dalam berbicara. Barangkali saat itu, kita akan berpikir dalam hati dan kita mengatakan “ Oh jelas “ berbicara sungguh sangat menyenangkan sehingga kita merasa senang melakukannya serta akan menimbulkan minat yang tinggi dalam berbicara. Memang benar berbicara merupakan suatu bakat alami bagi kita. Tapi bukankah mereka yang mempunyai kemampuan yang alami pun harus berusaha untuk mengembangkannya, yaitu mengubah bakat menjadi suatu keahliaan yang harus diiringi dengan kemauan untuk melaksanakannya. Untuk itu, kita harus memerlukan dua syarat untuk menjadi penbicara yang baik :
Perhatian yang dalam kepada orang lain.
Keterbukaan diri kepada mereka

Didalam kita berbicara tantangan pertama yang harus kita hadapi adalah rasa malu dan kita semua cenderung gugup atau paling tidak agak gugup jika berbicara dengan orang yang belum pernah kita kenal atau kita temui sebelumnya. Adapun cara untuk mengatasi rasa malu adalah dengan mengingatkan diri kita sendiri. Pada pepatah lama bahwa “ orang yang kita ajak berbicara memasukkan kakinya kecelana satu demi satu. Jadi kita semua tidak perlu merasa malu atau gugup, meskipun kita berbicara dengan seorang Gubernur propinsi kita, anggap saja yang mendengarkan sederajat dengan kita.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa berbicara merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling esensial yang membedakan kita sebagai suatu spesies. Maka dari itu, marilah kita mengembangkan keterampilan kita untuk menjadi pembicara yang baik dan marilah kita mulai dari sekarang. Sehingga berlomba-lomba dalam mencapai kesuksesan dalam berbicara di zaman yang penuh dengan kemajuan ini.

Senin, 26 November 2007

Arti sebuah persahabatan yang tulus

Kawan, mungkin kita semua pernah merasakan masa-masa yang paling sulit dalam menjalani lentera kehidupan. Biasanya masa itu selalu identik dengan musibah, halangan, serta rintangan yang datang tanpa kita duga dan kita undang. Kita bisa membayangkan dan merasakan betapa kekalutan dan kegundahan dalam menyelimuti aura perasaan. Mungkin kita semua ingin segera keluar dari masa itu sambil berharap sebuah keajaiban datang.

Pada saat kegelisahan dan kegundahan itu melanda, tiba-tiba ada seorang datang menghampiri kita dan menawarkan bantuan serta memberikan senyum yang manis. Orang itu menanyakan " apa yang bisa saya bantu untuk mu" ?. Dengan pertanyaan tersebut mungkin sejenak kita bisa melupakan bahwa kita mempunyai suatu masalah. Dengan ketulusan, senyum keikhlasan telah menjadi penawar kesedihan. Teman, itulah kekuatan senyum bertanda ketulusan hati yang hanya bisa dilakukan oleh seorang teman /sahabat yang tidak hanya cukup mengenal tapi ia bisa memahami, tidak cukup memahami serta melengkapi dan saling tolong menolong.

Kawan, demikian seorang sahabat sejati yang selalu hadir dengan ketulusan, bukan hanya disaat kita senang tapi lebih pada saat kita didera kesulitan dan kesusahan. Ia menawarkan ketulusan yang pasti akan berbuah menjadi kebahagiaan hati. Subhanallah kawan, jika kita bisa menemukan sahabat seperti itu. Bagaimana mencari dan menemukan sahabat seperti itu adalah di mulai dari diri kita sendiri. Mari kita isi hari-hari kita dengan menjalin persahabatan yang tulus di hati, serta mengenal lebih jauh kepribadiaan orang lain dengan pemahaman untuk kita tujukan dengan Empati dan rasa kasih sayang antara sesama. Dengan demikian kita akan bisa memperoleh dan menemukan sahabat seperti itu.

Rasulullah pernah menabadikan tulusnya persahabatan antara dua insan dalam sebuah hadist :

" Kecintaan Allah terhadap seorang hamba berada dalam kecintaan hamba terhadap saudaranya "